06 September 2007

Tidak Boleh Mengambil Orang Kafir Sebagai Pemimpin

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Janganlah orang-orang mukimin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, nisaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari ssuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap didi (siksa)Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)." (TQS: Ali Imran (3) :28)
Imam Ath Thabari rahimahullah berkata, "Maknanya adalah jangnlah kalian hai orang-orang yang beriman mengambil orang-orang kafir sebagai pelindung dan penolong, sehingga kalian akan memberikan loyalitas kepada deen mereka, kalian akan menologn mereka dalam menentang dan membuka rahasia kaum muslimin. Sesungguhnya orang yang melakukan hal itu, dia akan lepas--sama sekali--dari pertolongan Allah, yaitu dengan perbuatannya dia telah berlepas diri dari Allah karena murtad dari deenNya dan masuk ke dalam kekafiran." (Tafsir Ath thabari 3/227)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka, sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." (TQS: An Nisa' (4) : 139)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian)?" (TQS: An Nisa' (4) 144)
Imam Ath Thabari rahimahullah berkata, "Allah subhanahu wa ta'ala berfirman kepada mereka, 'wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, janganlah kalian memberikan loyalitas kepada orang kafir sehingga kalian menjadikan mereka pembantu (staf) selain orang-orang yang seagama dengan kalian, sehingga menjadi seperti golongan munafik yang pasti masuk neraka.'" (Tafsir Ath Thabari 5/337)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang breiman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (kalian); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim. Maka, kalian akan melihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, 'Kami takut akan mendapat bencana'. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada RasulNya), atau sesuatu keputusan dari sisiNya. Maka, karena itu, mereka menjadi emnyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan di dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan, 'Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah bahwasannya mereka benar-benar beserta kalian?', Rusak binasalah segala amal mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut pada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (PemberianNya) dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya, penologn kalian hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat, dan yang menunauikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguihnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil menjadi pemimpin kalian, orang-orang yang membuat agama kalian menjadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelum kalian, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kalian betul-betul orang yang beriman. Dan apabila kalian menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikan buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." (TQS: Al Ma'idah (5) :51-58)
Imam Ath Thabari rahimahullah berkata, "Yang dimaksud Allah dengan 'barangsiapa di antara kalian mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka', adalah siapa saja yang loyal kepada Yahudi dan Nasrani selain dari golongan orang-orang mukmin maka mereka termasuk bagian dari mereka."
Beliayu melanjutkan, "Sebab orang yang loyal kepada mereka dan membantu dalam mengalahkan orang-orang mukmin, dia termasuk bagian dari agama dan ajaran mereka. Oleh karena itu, janganlah loyal kepada seseorang, kecuali kepada orang yang dia sendiri ridla dengan deen-nya. Jika dia meridlai dan deen-nya, sungguh dia telah memusuhi hal-hal yang menyelisihi dan membuatnya marah sehingga konsekuensi hukumnya sama denagn konsekuensi yang berlaku padanya." (Tafsir Ath Thabari 6/277)
Rasululullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila Allah menimpakan bencana kepada sebuah kaum maka akan menimpa juga kepada siapa saja yang bersama mereka, kemudian mereka akan dibangkitkan sesuai dengan amalnya." (HR. Bukhari: 7108)
Ibnu Hajar rahimahullah berkomentar terhadap hadits tersebut, "Dari perintah untuk menjauhi orang kafir dan kezhaliman, dapat diambil sebuah pelajaran bahwa tinggal bersama mereka adalah sama dengan mencampakkan diri ke dalam kebinasaan. Lain halnya jika dia tidak membantu dan ridla terhadap deen mereka, namun jika di ridla atau membantu mereka maka dia adalah bagisan dari mereka." (Fath Al Bari 13/16)
Oleh karena itu, Allah mengharuskan mereka kekal di dalam neraka.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya, amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa), dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang fasik." (TQS: Al Ma'idah (5) : 80)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudara kalian (menajdi) pemimpin-pemimpin kalian jiak mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kalian yang menajdikan mereka pemimpin-pemimpin kalian maka mereka itulah orang-orang zhalim. Katakanlah, 'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, hatka kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (TQS; At Taubah (9) : 23-24)
Ibnu katsir rahimahullah berkata, "Al Hafidz Al Baihaqi meriwayatkan dari hadits Abdullah bin Syaudzab, dia berkata, 'Pada saat perang Badar, bapak Abu Ubaidah menyifati sembahan-sembahannya. Abu Ubaidah mendekat kepadanya. Saat dia terluka parah, Abu Ubaidah mendekatinya dan membunuhnya maka Allah menurunkan ayat ini."
Disebutkan di dalam shahih Bukhari: 15 dan Muslim: 44, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Demi jiwaku yang berada di tanganNya, tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga aku menajdi orang yang paling dia cintai daripada orang tua, anak, dan manusia seluruhnya." (Tafsir Ibnu Katsir 2/343-344)