Allah subhanau wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil menjadi teman ke[ercayaan orang-orang yang di luar kalangan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudlaratan bagi kalian. Mereke menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh, telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami), jika kalian memahaminya." (TQS: Ali 'Imran (3) : 118)
Al Qurthubi rahimahullah berkata, "Kata Bithanah ialah bentuk masdar, ia bisa bermakna satu dan banyak. Misalnya, kalimat bithanathur rijal artinya para pemuka yang paling mengerti seluk-beluk permasalahan. Dengan ayat ini, Allah melarang orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir, Yahudi, dan orang yang mengikuti hawa nafsu sebagai orang kepercayaan yang akan menuangkan pemikiran mereka pun dilarang mengamanahkan harta benda kepada mereka.
Dikatakan bahwa siapa saja yang menyelisihi ideologi dan agamamu maka tidak seyogyanya kamu mengajaknya berbicara.
Seorang penyair pernah berkata:
"Tidak sepatutnya kamu tanyakan jati diri seseorang kepada orang tersebut
Tanyakanlah kepada teman karibnya
Karena setiap kawan pasti akan diikuti oleh kawannya"
Di dalam sunan Abu Dawud dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
"Seseorang akan terpengaruh oleh temannya maka hendaklah masing-masing kalian memeprhatikan siapa yang menajdi teman dekatnya."
Dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Nilailah manusia berdasarkan siapa yang menjadi kawannya"
Lalu, Allah menjelaskan alasan Dia melarang menyambung ikatan persaudaraan dengan berfirman, '......mereka tidak henti-hentinya mencelakakanmu.'. Dia berfirman, '.......kerusakan.....,' artinya mereka tidak akan berhenti bersungguh-sungguh untuk merusakmu, meskipun mereka tidak memerangimu secara fisik, namun mereka tidak akan pernah berhenti membuat makar dan tipu daya. Dan, firman Allah, '.....mereka senang kalian menjadi susah,' yaitu mereka sangat senang jika kalian susah dan sengsara." (Tafsir Al Qurthubi 4/178-181)