08 September 2007

Kami Menunggu Kedatangan Kalian Untuk Menolong Islam...nasihat syaikh Abdullah Azzam rahimahullah


Sekarang ini, kami semua sedang menunggu-nunggu datangnya hari saat para aktifis Islam, khususnya para pemuda, datang bersemangat memperjuangkan Isla dan kaum muslimin. Kam menunggu-nunggu hari semacam hari Abu Bakar saat terjadi murtad missal, semacam Khalid saat perang Yarmuk, semacam hari Sa’ad saat perang Qadisiyah, semacam hari Shalaahuddin saat perang Hithin, semacam hari Qathaz saat perang ‘Ain Jalut, semacam Muhammad al Fatih saat penaklukan Konstantinopel.

Kami ingin—walau sesaat sebelum kami dijemput maut—mata kami dapat merasakan sejuknya menyaksikan khilafah Islamiyah, menyaksikan panji-paninya berkibar di Timur dan Barat, meyaksikan payungnya yang teduh memenuhi dunia dengan keadilan, kebenaran, cahaya dan ptunjuk. Kami inginkan hari saat Khalifah mamandang awan lalu berkata, “Wahai awan, pergilah ke timur atau ke barat, kamu pasti akan menumpaiku di sana!”

Kami tunggu saat kata-kata itu nyata adanya. Saat kekuasaan Islam sampai ke Timur dan Barat, sampai ke seluruh pelosok negeri. Saat kekuasaan Khilafah memenuhi setiap jengkal bumi ini dengan kebaikan, hidayah dan cahaya.

Kami benar-benar merindukan suatu hari saat Allah menaklukan Roma—ibukota Nashrani di jagad ini—bagi kaum muslimin, hal mana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa kota ini kan ditaklukan setelh ditaklukannya Konstantinopel.”[1]

Konstantinopel atau Istambuli[2], telah takluk di tangan Sultan Muhammad al Fatih. Beliau berhak menyandang pujian Nabi dalam hadits yang terkenal;
“Konstantinopel benar-benar akan ditaklukan. Panglima perangnya adalah sebaik-baik pnglima, dan pasukannya pun sebaik-baik pasukan.”[3]

Saat itu Sultan al Fatih telah bersiap-siap untuk menaklukkan Roma. Dan Eropa pun diliputi kegelisahan,akutan dan kengerian. Hanya saja, ajal menjemput sang Sultan sebelum proyek agung ini terealisir.

Bukti bahwa ERopa diliputi kegelisahan dan kengerian adalah bahwa gereja-gereja di Eropa pada umumnya dan Roma pada khususnya terus menerus membunyikan lpncengnya selama tiga hari berturut-turut sebagai tanda suka cita menyambut kematian Sultan muslim yang agung itu.Kami menungu hari seperti hari-hari itu dengan sangat cemas dan gelisah.

Sesungguhnya kemenangan Islam adalah harapan tertinggi yang menajdi cita-cita seseorang, supaya menajdi sejuk di dunia karenanya.

Hari ini kita mertasakan bahwa bukanlah istri shalihah yang dimaksud dengan kebaikan di dunia yang termuat di dalam firmanNya;
“…Wahau Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat” (al Baqarah: 201)

Hanyasanya itu adalah kemenangan Islam dan dien ini, sebagaimana dikatakan oleh sebagaian ulama—sungguh, kebaikan yang tak tertandingi. Kebaaikn yang menepis segala kelesuan, kegundahan dn kesedihan, meski salah seorang dari kita mesti kehilangan keluarga, anak, harta atau kedudukannya di jalan ini.

Kami benar-benar merindukan hari-hari semiasal hari kala llah memenangkan dienNya, memuliakan wali-waliNya, dn hizbNya melebihi kerinduan kami kepada isteri-isteri kami, anak-anak kami, bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, hal mana kami sudah tidak berjumpa dengan mereka selama bertahun-tahun.

Kami benar-benar merindu sejuknya mata kami oleh hari semacam hari ‘Uqbah bin Nafi’, saat ia tegak di atas pelana kudanya, menceburkan kudanya di tepian Samudera Atlantik seraya berkata, “Demi Allah, sekiranya aku tahu bahwa di seberang sana ada daratan, niscaya aku akan berperang di sana di jalan Allah!”

Lalu ia menatap langit seraya brkata, “Waahai Rabbku, jikalau bukan karena lautan ini, niscaya aku akan ke seberang sebagai mujahid di jalanMu”[4]

Kami benar-benar menunggu hari-hari itu

Adakah kalian memenuhinya?

Adakah kalian mengabulkannya?

[1] Maksudnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad 2/176 yang dishahihkan oleh Ssyaikh Ahmad Syakir dari ‘bdullah bin ‘Amru bin ‘Ash radliyallahu ‘anhu, “Ketika kami berada di sekeliling Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan asyik menulis , tiba-tiba beliau ditanya, “Kota manakah yang akan ditaklukan terlebih dulu? Konstantinopel ataukan Roma?”, Beliau menjawab, “Kotanya Heraclius akan ditaklukan lebih dulu”. Yaitu Konstantinopel.
[2] Nama asli kota ini Islambul, satu kata dalam bahasa Turki yang berarti Negeri Islam. Yang member nama itu adalah Sultan Muhammad al Fatih. Kota ini pernah menajdi ibukota Khilafah Islamiyah dan ‘monumen’ kemenangan ummat Islam. Namun Ataturk (semoga llah melaknatnya) menajdikan Ankara sebagai ibukota Turki, menggantikan Islambul. Itu sebagai symbol dibangunnya Sekulerisme. Taturk meninggalkan manhaj para pendahulunya semisal Muhammad al Fatih. Ini selain sebagai upayanya dalam ememrangi Islam.
[3] Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya 4/335 dari Bisyr bin Sahim Al Khats’amy radliyallahu ’anhu al Kamil fit Tarikh, Ibnu Atsir 3/42
[4] Al Kamil fit Tharikh, Ibnu Atsir 3/42

06 September 2007

Dilarang Mengambil Orang Kafir Sebagai Teman Kepercayaan Dan Menceritakan Rahasia Kaum Muslimin....

Allah subhanau wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil menjadi teman ke[ercayaan orang-orang yang di luar kalangan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudlaratan bagi kalian. Mereke menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh, telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami), jika kalian memahaminya." (TQS: Ali 'Imran (3) : 118)
Al Qurthubi rahimahullah berkata, "Kata Bithanah ialah bentuk masdar, ia bisa bermakna satu dan banyak. Misalnya, kalimat bithanathur rijal artinya para pemuka yang paling mengerti seluk-beluk permasalahan. Dengan ayat ini, Allah melarang orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir, Yahudi, dan orang yang mengikuti hawa nafsu sebagai orang kepercayaan yang akan menuangkan pemikiran mereka pun dilarang mengamanahkan harta benda kepada mereka.
Dikatakan bahwa siapa saja yang menyelisihi ideologi dan agamamu maka tidak seyogyanya kamu mengajaknya berbicara.
Seorang penyair pernah berkata:
"Tidak sepatutnya kamu tanyakan jati diri seseorang kepada orang tersebut
Tanyakanlah kepada teman karibnya
Karena setiap kawan pasti akan diikuti oleh kawannya"
Di dalam sunan Abu Dawud dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
"Seseorang akan terpengaruh oleh temannya maka hendaklah masing-masing kalian memeprhatikan siapa yang menajdi teman dekatnya."
Dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Nilailah manusia berdasarkan siapa yang menjadi kawannya"
Lalu, Allah menjelaskan alasan Dia melarang menyambung ikatan persaudaraan dengan berfirman, '......mereka tidak henti-hentinya mencelakakanmu.'. Dia berfirman, '.......kerusakan.....,' artinya mereka tidak akan berhenti bersungguh-sungguh untuk merusakmu, meskipun mereka tidak memerangimu secara fisik, namun mereka tidak akan pernah berhenti membuat makar dan tipu daya. Dan, firman Allah, '.....mereka senang kalian menjadi susah,' yaitu mereka sangat senang jika kalian susah dan sengsara." (Tafsir Al Qurthubi 4/178-181)

Tidak Boleh Mengambil Orang Kafir Sebagai Pemimpin

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Janganlah orang-orang mukimin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, nisaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari ssuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap didi (siksa)Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)." (TQS: Ali Imran (3) :28)
Imam Ath Thabari rahimahullah berkata, "Maknanya adalah jangnlah kalian hai orang-orang yang beriman mengambil orang-orang kafir sebagai pelindung dan penolong, sehingga kalian akan memberikan loyalitas kepada deen mereka, kalian akan menologn mereka dalam menentang dan membuka rahasia kaum muslimin. Sesungguhnya orang yang melakukan hal itu, dia akan lepas--sama sekali--dari pertolongan Allah, yaitu dengan perbuatannya dia telah berlepas diri dari Allah karena murtad dari deenNya dan masuk ke dalam kekafiran." (Tafsir Ath thabari 3/227)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka, sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." (TQS: An Nisa' (4) : 139)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian)?" (TQS: An Nisa' (4) 144)
Imam Ath Thabari rahimahullah berkata, "Allah subhanahu wa ta'ala berfirman kepada mereka, 'wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, janganlah kalian memberikan loyalitas kepada orang kafir sehingga kalian menjadikan mereka pembantu (staf) selain orang-orang yang seagama dengan kalian, sehingga menjadi seperti golongan munafik yang pasti masuk neraka.'" (Tafsir Ath Thabari 5/337)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang breiman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (kalian); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim. Maka, kalian akan melihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, 'Kami takut akan mendapat bencana'. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada RasulNya), atau sesuatu keputusan dari sisiNya. Maka, karena itu, mereka menjadi emnyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan di dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan, 'Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah bahwasannya mereka benar-benar beserta kalian?', Rusak binasalah segala amal mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut pada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (PemberianNya) dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya, penologn kalian hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat, dan yang menunauikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguihnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil menjadi pemimpin kalian, orang-orang yang membuat agama kalian menjadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelum kalian, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kalian betul-betul orang yang beriman. Dan apabila kalian menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikan buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." (TQS: Al Ma'idah (5) :51-58)
Imam Ath Thabari rahimahullah berkata, "Yang dimaksud Allah dengan 'barangsiapa di antara kalian mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka', adalah siapa saja yang loyal kepada Yahudi dan Nasrani selain dari golongan orang-orang mukmin maka mereka termasuk bagian dari mereka."
Beliayu melanjutkan, "Sebab orang yang loyal kepada mereka dan membantu dalam mengalahkan orang-orang mukmin, dia termasuk bagian dari agama dan ajaran mereka. Oleh karena itu, janganlah loyal kepada seseorang, kecuali kepada orang yang dia sendiri ridla dengan deen-nya. Jika dia meridlai dan deen-nya, sungguh dia telah memusuhi hal-hal yang menyelisihi dan membuatnya marah sehingga konsekuensi hukumnya sama denagn konsekuensi yang berlaku padanya." (Tafsir Ath Thabari 6/277)
Rasululullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila Allah menimpakan bencana kepada sebuah kaum maka akan menimpa juga kepada siapa saja yang bersama mereka, kemudian mereka akan dibangkitkan sesuai dengan amalnya." (HR. Bukhari: 7108)
Ibnu Hajar rahimahullah berkomentar terhadap hadits tersebut, "Dari perintah untuk menjauhi orang kafir dan kezhaliman, dapat diambil sebuah pelajaran bahwa tinggal bersama mereka adalah sama dengan mencampakkan diri ke dalam kebinasaan. Lain halnya jika dia tidak membantu dan ridla terhadap deen mereka, namun jika di ridla atau membantu mereka maka dia adalah bagisan dari mereka." (Fath Al Bari 13/16)
Oleh karena itu, Allah mengharuskan mereka kekal di dalam neraka.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya, amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa), dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang fasik." (TQS: Al Ma'idah (5) : 80)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudara kalian (menajdi) pemimpin-pemimpin kalian jiak mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kalian yang menajdikan mereka pemimpin-pemimpin kalian maka mereka itulah orang-orang zhalim. Katakanlah, 'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, hatka kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (TQS; At Taubah (9) : 23-24)
Ibnu katsir rahimahullah berkata, "Al Hafidz Al Baihaqi meriwayatkan dari hadits Abdullah bin Syaudzab, dia berkata, 'Pada saat perang Badar, bapak Abu Ubaidah menyifati sembahan-sembahannya. Abu Ubaidah mendekat kepadanya. Saat dia terluka parah, Abu Ubaidah mendekatinya dan membunuhnya maka Allah menurunkan ayat ini."
Disebutkan di dalam shahih Bukhari: 15 dan Muslim: 44, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Demi jiwaku yang berada di tanganNya, tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga aku menajdi orang yang paling dia cintai daripada orang tua, anak, dan manusia seluruhnya." (Tafsir Ibnu Katsir 2/343-344)