Dibawah ini adalah ringkasan pendek tentang elemen yang sangat penting dari aqidah golongan yang selamat, yaitu Rasulullah Saw. dan para Shahabat beliau:
1. Qur’an dan Sunnah
Kita telah diperintahkan untuk mengikuti wahyu Allah secara tepat dan khusus. Allah Swt. berfirman, “dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Ahzab, 33: 2). Selanjutnya dimana saja kita berselisih harus merujuk kembali hanya kepada Qur’an dan Sunnah untuk menyelesaikan semua perselisihan sebagaimana Allah Swt. berfirman, “jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya).” (QS An Nisaa’, 4: 59)
2. Standart Islam
Selanjutnya Qur’an dan Sunnah mungkin masih menjadi perdebatan juga banyak orang yang menginterpretasikannya secara berbeda yang selanjutnya membimbing pada kebingungan dan perpecahan, itulah mengapa kita tidak boleh melakukan interpretasi terhadap Qur’an, tetapi kita sebaiknya memahami Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman Rasulullah Saw. dan para Shahabatnya di masa mereka dan kita akan berdiri untuk mempertahankannya sebagaimana mereka adalah sebaik-baik yang memahami Qur’an dan Sunnah serta mereka adalah calon penghuni surga. Rasulullah Saw. bersabda, “Ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semua akan masuk neraka dan hanya satu yang selamat” ketika Rasulullah ditanya siapakah golongan yang selamat itu, beliau Saw. menjawab, “mereka adalah aku dan para Shahabat-shahabatku.” Dan Allah Swt. berfirman, "Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah, 2: 137).
Selanjutnya jalan yang harus kita ikuti dan menjadikannya standar serta kriteria yang harus menjadi ukuran bagi diri kita dengan tujuan menjadikan petujuk untuk aqidah dan pemahaman dari wahyu adalah jalan dan pemahaman Shahabat Rasulullah Saw., siapa saja yang meninggalkannya dan menyimpang dari jalan mereka akan tersesat.
3. AT Tauhid
Dari Shahabat kita mempelajari kewajiban yang sangat penting, paling utama, pelajaran yang terpenting bagi semua Muslim adalah harus mempelejari At Tauhid, Allah Swt. berfirman, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah…” (QS Muhammad, 47: 19) At Tauhid adalah hanya secara khusus tertuju pada Allah Swt. dalam semua bentuk ibadah, At Tauhid juga membutuhkan untuk menolak segala jenis Thaghut (segala sesuatau yang disembah, diikuti atau ditaati selain daripada Allah), beriman bahwa thaghut adalah batil, menjaga jarak dari mereka, mendeklarasikan kebencian kepada mereka serta mendeklarasikan bahwa mereka kafir (Takfir). At Tauhid kemudian membutuhkan kita untuk membenarkan beriman kepada Allah Swt. secara khusus tanpa memberikanNya sekutu. Allah Swt. berfirman, “…barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…” (QS Al Baqarah, 2: 256)
4. Al Iman
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah beriman pada Allah secara khusus, dan mengatributkan nama-nama, sifat dan perbuatan kepada Allah semata tanpa menyekutukan kepada yang lain.
Allah mempunyai dua tangan kanan, jari, wajah, kaki sebagaimana yang telah dijelaskan dan itu semua sesuai dengan keagunganNya serta status kekuasaanNya dan tidak seperti makhluk ciptaannya. Allah berada diatas singgasanaNya diatas langit ketujuh dan tidak ada yang bersamaNya. Kita beriman pada Allah sebagaimana Dia menjelaskan diriNya kepada kita tanpa menyangkal semua sifat-sifatNya, tidak juga menginterpretasikannya, dan tidak ada yang kesamaan antara Dia dan ciptaanNya, Allah Swt.berfirman, “…ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” (QS Asy Syura, 42: 11)
5. Talazum
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah beriman pada Allah dengan pasti kemudian menyakiniNya dalam hati, mengucapkannya dengan lidah dan melakukannya dengan anggota tubuh. Kemudian Imaan adalah (a) perkataan, (b) perbuatan dan (c) keyakinan. Kita harus mempunyai Talazum (penyatuan) diantara ketiga halini; tidak ada yang bisa memisahkannya satu sama lain, jika satu hilang atau terabaikan, maka semua akan terabaikan. Rasulullah Saw. bersabda, “Imaan adalah apa yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lidah dan dilakukan dengan rukun-rukunnya.”
6. Menilai pada yang tampak
Meskipun Iman dalam hati, tidak seorangpun bisa membuka dada tidak juga dapat menilai hati kecuali Allah; maka kita diperintahkan untuk menilai imaan hanya dengan apa yang tampak (yaitu ucapan dan perbuatan). Maka siapa saja yang berlaku dan mengucapkan ke-Islam-an (seperti mengucapakan syahadat atau melaksanakan Shalat), kita akan menilai mereka sebagai Muslim dan siapa saja yang berlaku dan mengucakan kekufuran (seperti menyembah berhala, berhukum dengan hukum kufur, bersekutu dengan kuffar melawan Muslim atau memutuskan perkara dengan hukum buatan manusia), kita akan menilai mereka sebagai seorang Kafir. Umar Ibnu Khattab berkata, “Ada orang yang diringankan (dari kufur) oleh wahyu tetapi kemudian tidak lagi wahyu setelah Nabi Muhammad Saw. (tiada), maka kita akan menilai dengan apa yang tampak. Siapa saja yang menunjukan kepada kita kejahatan kami tidak akan menerima itu dari mereka.”
7. Al walaa’ wal baraa’
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah percaya bahwa mencintai dan membenci semua harus semata-mata karena Allah Swt. semata seperti bahwa seharusnya hanya mencintai Allah atau untuk Allah Semata, dan seharusnya tidak seorangpun yang membenci seseorang kecuali untuk Allah. Kita mencintai Allah Swt. secara khusus dan kita tidak mencintai malaikat, para Nabi, Rasul, orang-orang beriman dan Muslim kecuali semua itu adalah wujud dari mencintai Allah dan karena Dia memerintahkan kita untuk mencitai mereka. Sebagai tambahan kita tidak bisa mencintai Syaitan tidak juga orang-orang yang bersamanya yang tidak beriman pada Allah atau membenciNya atau melancarkan perlawanan kepadaNya atau bersatu dengan orang-orang yang menjadi sekutu Allah, sebaliknya kita harus membenci mereka semua hanya semata karena Allah. Rasulullah Saw. bersabda, “Sekuat-kuat ikatan imaan adakah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah Swt.”
8. Izhaar ul dien
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sepakat bahwa dien Allah harus mendominasi di timur dan di barat diatas semua agama, jalan hidup dan system-sistem kehidupan yang lain. Untuk itu alasan kita tidak pernah bisa menemukan orang-orang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah kecuali bahwa mereka terlibatr dalam salah satu dari dua kewajiban utama untuk menyebarkan Dien Allah di seluruh dunia; itu adalah dakwah dan jihad, tidak ada seorangpun yang akan menyangkal dua kewajiban ini keculai bahwa mereka adalah kafir dan tidak seorangpuj yang meningglakan kewajiban ini kecuali bahwa mereka adalah orang-orang yang gagal, Allah Swt. berfirman, “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At Taubah, 9: 33)